Review Film "Still Alice" Berkaitan Dengan Kesehatan Mental
Review
Film Still Alice (2014) Terkait Dengan Kesehatan Mental
Oleh
Titannia Abdini / 17010014022
Film ini mengisahkan seorang wanita berusia 50 tahun yang bernama
Alice, ia memiliki karir yang sangat bagus yaitu sebagai profesor linguistik di
Coloumbia. Alice memiliki keleurga yang harmonis, memiliki suami yang juga
seorang dokter dan memiliki 3 anak.
Alice wanita yang cerdas, namun pada suatu pidato ia tiba-tiba
seakan mati kutu karena ada yang hilang dari ingatannya, dan masalah itu
semakin serius, sampai ia menemui dokter ahli saraf dan ternyata ia memiliki
penayakit alzheimer onset dini, hasil tes menunjukan adanya endapan beta
amyloid di dalam otaknya dan itu terjadi sudah lama. Merupakan penyakit bawaan
dari gen, yaitu dari ayahnya. Kedua orang tua ayah Alice telah meninggal dunia,
di akhir masa hidup Ayah Alice mengalami pikun dan sering mengompol, dan itu
menjadi dugaan bahwa penyakit Alice berasal dari keturunan. Dan penyakit ini
bisa ditularkan Alice dengan pravelensi 50/50 kepada anaknya. Dan hasilnya
menunujukan anak Alice yang pertama positif alzheimer, namun anak yang kedua
negatif. Pada alice perkembangan gejala ini begitu cepat, doketer mengatkan
orang yang berpendidikan tinggi lebih cepat tingkat perkembangan penyakit
tersebut.
Alice sulit untuk mengingat kata-kata, bahkan ia tidak dapat
mengucapkan apa yang ada dalam pikirannya, dia lupa tempat-tempat di dalam
rumahnya sendiri, bahkan ia mengompol karena lupa toiletnya. Alice menggunakan
gawainya sebagai pengingat dirinya, ia selal mencatat apa yang akan ia lakukan,
dan ia menggunakan alarm untuk mengiangatkan dirinya. Menurut dokter, daya
ingat Alice menurun namun akal pikirannya masih sehat. Sampai pada saatnya
Alice berhenti mengajar di kampus karena penyakitnya, ia bahkan lupa apa yang
akan diajarkan pada mahasiswanya.
Alzheimer semakin menggrogoti Alice, menurutnya ia mengalami seni
kehilangan yang luar biasa di dalam dirinya. Memori yang telah ia bangun selama
hidupnya harus hilang begitu saja. Namun Alice begitu yakin bahwa ia bisa
melewati masanya, namun ada dimana hari buruk itu datang ia ingin segera mati.
Dukungan keluarga begitu besar, suami Alice, dan anak-anaknya selalu ada
memberikan cinta pada Alice dan menemani Alice selama proses penyembuhannya.
Dikaitkan dengan PPDGJ III, penyakit yang diderita Alice yaitu
Dimensia pada Alzheimer Onset Dini (F00.0) pada Aksis I, dengan diagnostik; 1.
Dimensia yang onsetnya sebelum usia 65 tahun, ini terjadi pada Alice yang masih
berusia 50 tahun. 2. Perkembangan gejala cepat dan progresif (deteroisasi),
perkembangan alzheimer Alice begitu cepat. 3. Adanya riwayat keluatga yang
berpenyakit Alzheimer merupakan faktor yang menyongkong diagnosis tetapi tidak
harus dipenuhi, pada Alice diagnosa ini terpenuhi yaitu dari riwayat ayahnya
yang juga memiliki penyakit Alzheimer.
Komentar
Posting Komentar